Pengetahuan dibangun pada pikiran anak melalui kegiatan yang membangun (active learning) bukan sekedar meniru dan mencontoh (passive copying). Active learning adalah sebuah pendekatan dalam pembelajaran dimana anak secara proaktif mempelajari suatu pengetahuan lalu membangun pengetahuannya sendiri sehingga pembelajaran akan lebih bermakna untuk anak. Ciri-ciri cetode aktif learning adalah anak aktif dalam proses pembelajaran, anak akan terlibat kegiatan diskusi, ada proses penyelidikan akan suatu hal yang dipelajari, menemukan fakta-fakta, menganalisis data, menyimpulkan, ada proses menciptakan dari hasil belajar sebagai representasi pengetahuan yang telah dibangunnya. .
Pada metode aktif learning ini pengetahuan yang ingin dibangun
pada anak harus ditemukan sendiri oleh anak dengan berbagai kegiatan dan
program pendidikan yang bermutu dan dengan berbagai media pembelajaran. Sehingga pengetahuan itu akan terekam kuat di
memori anak
Begitu juga dengan belajar menghitung pada anak. Belajar menghitung akan lebih bermakna bagi anak jika menggunakan metode aktif learning. Dengan menggunakan metode aktif learning anak akan mampu menemukan konsep matematika dan materi yang akan tersimpan kuat di memori anak. Dan anak akan mampu merepresentasikan pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan tentunya anak akan merasa bahagia dengan proses pembelajaran yang menyenangkan daripada hanya satu arah menerima ilmu dari guru.
Kemampuan menghitung yang dibangun merupakan hasil penemuan anak langsung bukan transfer pengetahuan dari guru. Ketika guru mengatakan “ 2 +2 itu empat ya
anak-anak” ini disebut passive copying, anak hanya mendapat informasi pengetahuan.
Maka guru perlu merancang program pendidikan dimana anak mengetahui konsep 2+2
adalah 4. Dalam metode aktif learning tentunya guru dituntut untuk menyediakan media pembelajaran yang membotivasi anak aktif bergerak untuk membangun pengetahuannya. Sehingga anak faham akan konsep penjumlahan bukan menghafal
penjumlahan. Dunia sudah berubah di zaman digital seperti sekarang. kemampuan anak generasi sekarang juga jauh lebih cerdas dengan kecepatan informasi yang didapat.
Kesalahan guru dalam merancang
program pendidikan matematika yang passive copying dan monoton satu arah maka motivasi belajar anak juga rendah. Pembelajaran matematika yang tidak menyenangkan dan membingungkan akan membuat matematika momok
pelajaran yang menakutkan bagi anak. Inilah warisan pola pikir sejak zaman dahulu kala. Bahwa
matematika telah menjadi masalah bagi anak-anak. Bukan hanya di Negara-negara
berkembang saja tapi juga di negara maju. Anak-anak dan kesulitan matematika
sudah menjadi endemic global. Betapa banyak anak yang menangis ketika belajar matematika. Betapa banyak anak yang daikatakan bodoh saat tidak bisa mengerjakan soal matematika. Betapa banyak anak yang ketakutan ketika maju mengerjakan soal matematika. Kepercayaan diri anak hancur karena matematika. maka akhirnya mereka benci matematika dan disitulah anak tidak suka belajar.
Dunia sudah berubah. Guru juga harus mau belajar dan mau berubah. Guru harus belajar bagaiman cara mengajar matematika yang menyenangkan anak dengan menggunakan metode aktif learning salah satunya.. Dan ini proses yang panjang maka harus dilakukan sejak usia dini. Pembelajaran matematika dan menghitung haruslah menyenangkan bagi anak. Sehingga membuat anak senang belajar. anak tidak hanya bisa menghitung tapi senang menghitung. Karena matematika itu mudah, matematika itu menyenangkan. Sehingga anak bisa matematika tanpa menangis tapi dengan senang hati. Bahkan mereka akan berkata pada diri mereka "I love math" untuk semua pelajaran matematika. Entah matematika kelas 4 atau matematika SMP , apakah itu rumus matematika atau soal matematika mereka akan senang belajar.
Semoga bermanfaat.
Comments
Post a Comment