Guru adalah kurikulum berjalan. Ada sebuah cerita tentang guru di sebuah ajang perlombaan anak, tepat memperingati hari anak sedunia. Ada siswa yang menangis di acara itu bukan karena dia kalah lomba. Namun siswa tersebut menangis karena ada dimarahi gurunya karena tidak mau maju ikut lomba. Terlihat juga ada guru yang curang diam-diam membantu muridnya menyelesaikan hasil gambarnya. Contoh kecil yang memperlihatkan kepada kita betapa krisis pendidikan karakter nyata terjadi di pendidikan Indonesia. Apalagi pendidikan anak usia dini dimana sebagai tempat pelatakan dasar karakter anak.
Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru. Apa yang bisa di harapkan jika anak-anak dididik dengan guru yang tidak memiliki karakter seperti contoh fenomena di atas.
Tahun 2019, saat Muhadjir Effendy masih menjabat sebagi Mendikbud, beliau menyampaikan pada malam Penganugerahan Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi dan Berdedikasi Tingkat nasional Tahun 2019 bahwa “Kalau kita merujuk pada 8 Standar Nasional Pendidikan maka menurut saya yang paling penting dari 8 itu adalah guru. Kalau adpanggilan hati nurani,, dalam arti guru yang proffesioanl, guru yang memiliki dedikasi, yang dia bekerja atas dasar panggilan hati nurani, maka 7 standar yang lain itu akan dengan sendirinya terpenuhi. Yang merumuskan sekolah ya guru. Jadi
seandainya tidak ada rumusan, guru yang bisa merumuskan. Kalau tidak ada kurikulum, tidak ada standar isi yang tersedia, guru bisa membuatnya. Kalau tidak ada sarana-prasarana, guru bisa membuat sarana-prasarana. Nggak ada sekolahan, guru bisa bikin sekolah, sekolah dilapangan juga tidak apa-apa. Apa pun sebetulnya dari 8 standar itu tergantung kepada guru.”
Guru adalah Kurikulum berjalan. Kurikulum sesungguhnya adalah guru. Guru adalah Hidden Curriculum. Penampilan guru baik fisik, gesture, ucapan, perbuatan, pola pikirnya semuanya itu adalah bagian dari kurikulum. Murid belajar dari cara berjalan seorang guru. Murid menirukan apa yang guru ucapkan. Murid meniru apa yang guru lakukan. Apalagi bagi anak usia dini, guru adalah rolemodel bagi dirinya. Inilah apa yang dimaksud Guru adalah sosok digugu dan ditiru. Muhadjir effendi menambahkan
“Kurikulum yang sesungguhnya adalah guru". Biar kita gonta ganti kurikulum 1000 kali, kalau gurunya diam saja tidak pernah menggunakannya, tidak pernah baca, tidak pernah diterapkan. Biar tidak pernah
ada perubahan kurikulum, kalau gurunya memang professional maka otomatis pendidikan akan semakin baik. Karena itu kata kuncinya adalah guru. Guru mempunyai pengaruh luas yang tak terbatas. Seorang guru mampu menginternalisasi nilai-nilai karakter dari setiap kata yang diucapkan seorang guru. Guru adalah sebuah pionir teladan yang hidup. Guru mengajarkan ilmu juga harus memberikan teladan dan karakter yang baik bagi murid-muridnya. Apabila di dalam gedung sekolah ada fasilitas sekolah yang lengkap dan mewah tetapi tidak ada guru berkualitas dan berkarakter tidak ada pendidikan disana. Namun bila ada guru berkualitas dan berkarakter maka dibawah pohon pun akan ada pendidikan disana.
Butuh perjuangan panjang untuk memperbaiki kualitas guru di Indonesia. Kurikulum yang baik akan bermanfaat bagi muridnya, kurikulum yang baik hanya bisa disusun oleh guru yang berkualitas yang memahami setiap tahapan perkembangan murid-muridnya. Karena guru adalah kurikulum berjalan yang memegang kuci pendidikan maka guru perlu di didik dulu sebelum mendidik murid. Guru perlu belajar dulu sebelum memberi pelajaran. -mbak guru erlina-
Masya Allah Tabarakallah
ReplyDeleteDitunggu edisi selanjutnya bu Erlina 😉
MasyaAllah tabarakallah 🥰
ReplyDelete